Kisah Ronne Scallion sebagai motivasi hidup
Ketika ditabrak mobil truk besar, Ronne Scallion masih berusia delapan tahun. Saat itu hendak menyebrang jalan. Peristiwa ini mengancam hidupnya, beruntung Allah menyelamatkannya dari kematian. Namun, para dokter terpaksa mengamputasi kedua kakinya. Beberapa hari kemudian, Ronne pulang ke rumah orang tuanya. Hatinya hancur berkeping-keping. Sang orang tua hanya bisa menenangkan bahwa apa yang terjadi merupakan kehendak Allah. Kepadanya disampaikan banyak contoh orang-orang terkemuka, salah satunya adalah Hellen Killer yang dilahirkan dalam keadaan tidak bisa melihat, mendengar dan berbicara. Namun, belakangan ia menjadi sosok yang sangat berpengaruh.
Ronne mulai tenang karena mendengar hiburan dari ayahnya. Ia memutuskan untuk kembali bersekolah. Sungguh tidak diduga bahwa teman-teman sekolahnya banyak yang menjauh, bahkan ada yang mengolok-ngoloknya. Karena sangat sedih, Ronne berhenti sekolah. Agar tetap dapat belajar, sang ayah memanggilkan guru ke rumah untuk Ronne menjalani Home Schooling. Ronne terus belajar, dan hasil yang diperoleh mencengangkan semua orang.
Suatu hari Ronne menonton televisi acara kejuaraan karate tingkat dunia. Meskipun berbahaya Ronne merasa bisa ikut dalam permainan itu. Ia pun menyampaikan niatnya kepada ayahnya. Dan sang ayah memutuskan untuk menemaninya ke tempat latihan itu. Pimpinan itu adalah seorang penyandang gelar juara dunia bernama Lez Lee. Ia pun bersedia membantu Ronne. Dalam menjalani semua latihan itu, Ronne duduk di atas kursi yang dapat digerakkan dan bisa digunakan dalam pertandingan. Seiring bergulirnya waktu Ronne menjadi mahir bermain karate. Berbagai pertandingan setelah itu Ia ikuti dan pengalaman dan kemahiran semakin meningkat. Ronne berhasil menyabet kejuaraan tingkat lokal. Ia lalu memutuskan untuk ikut pertandingan di tingkat yang lebih tinggi. Maka, piala olimpiade tahun 1980 berhasil Ia rebut. Ia menjadi orang cacat pertama yang meraih kejuaraan dunia.
Dalam wawancara yang diturunkan sebuah media cetak, Ia berkata, “Aku sangat yakin bahwa apa yang telah terjadi padaku memiliki sebab-sebab tertentu yang ada di sisi Sang Pencipta. Apa pun tantangannya aku pasti menang.” Lebih lanjut Ia berkata “Aku percaya, dengan kemauan yang kuat Anda akan berhasil. Letakkan keyakinan dan kemauan kuat ini dalam perbuatan. Anda pasti terpana melihat hasil yang Anda raih.”
Kini Ronne berhasil mendapatkan delapan penghargaan untuk sabuk hitam. Ia memiliki sebuah tempat pelatihan karate, murid-muridnya lebih dari tiga ratus orang. Kebanyakan adalah orang-orang cacat yang memiliki harapan besar. Disini Ronne baru tahu bahwa Allah mengambil dua kakinya, namun Dia memberinya kehidupan yang sempurna dan membuatnya dapat membantu orang lain.
Kisah ini mengandung hikmah bahwa kekuatan pikiran melahirkan keyakinan. Pada gilirannya, Ia memberi kekuatan yang mendorong untuk berbuat. Meskipun Anda menghadapi berbagai rintangan, yakinlah bahwa semua itu adalah anugerah dari Allah. Seiring perjalanan waktu, Anda akan sadar bahwa semua yang terjadi adalah untuk kebaikan Anda. Yang harus Anda lakukan pertama kali adalah mengubah pikiran, menerima dan mensyukuri anugerah Allah. Kemudian berbuatlah. Dengan demikian Anda akan menyadari bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.
Ronne mulai tenang karena mendengar hiburan dari ayahnya. Ia memutuskan untuk kembali bersekolah. Sungguh tidak diduga bahwa teman-teman sekolahnya banyak yang menjauh, bahkan ada yang mengolok-ngoloknya. Karena sangat sedih, Ronne berhenti sekolah. Agar tetap dapat belajar, sang ayah memanggilkan guru ke rumah untuk Ronne menjalani Home Schooling. Ronne terus belajar, dan hasil yang diperoleh mencengangkan semua orang.
Suatu hari Ronne menonton televisi acara kejuaraan karate tingkat dunia. Meskipun berbahaya Ronne merasa bisa ikut dalam permainan itu. Ia pun menyampaikan niatnya kepada ayahnya. Dan sang ayah memutuskan untuk menemaninya ke tempat latihan itu. Pimpinan itu adalah seorang penyandang gelar juara dunia bernama Lez Lee. Ia pun bersedia membantu Ronne. Dalam menjalani semua latihan itu, Ronne duduk di atas kursi yang dapat digerakkan dan bisa digunakan dalam pertandingan. Seiring bergulirnya waktu Ronne menjadi mahir bermain karate. Berbagai pertandingan setelah itu Ia ikuti dan pengalaman dan kemahiran semakin meningkat. Ronne berhasil menyabet kejuaraan tingkat lokal. Ia lalu memutuskan untuk ikut pertandingan di tingkat yang lebih tinggi. Maka, piala olimpiade tahun 1980 berhasil Ia rebut. Ia menjadi orang cacat pertama yang meraih kejuaraan dunia.
Dalam wawancara yang diturunkan sebuah media cetak, Ia berkata, “Aku sangat yakin bahwa apa yang telah terjadi padaku memiliki sebab-sebab tertentu yang ada di sisi Sang Pencipta. Apa pun tantangannya aku pasti menang.” Lebih lanjut Ia berkata “Aku percaya, dengan kemauan yang kuat Anda akan berhasil. Letakkan keyakinan dan kemauan kuat ini dalam perbuatan. Anda pasti terpana melihat hasil yang Anda raih.”
Kini Ronne berhasil mendapatkan delapan penghargaan untuk sabuk hitam. Ia memiliki sebuah tempat pelatihan karate, murid-muridnya lebih dari tiga ratus orang. Kebanyakan adalah orang-orang cacat yang memiliki harapan besar. Disini Ronne baru tahu bahwa Allah mengambil dua kakinya, namun Dia memberinya kehidupan yang sempurna dan membuatnya dapat membantu orang lain.
Kisah ini mengandung hikmah bahwa kekuatan pikiran melahirkan keyakinan. Pada gilirannya, Ia memberi kekuatan yang mendorong untuk berbuat. Meskipun Anda menghadapi berbagai rintangan, yakinlah bahwa semua itu adalah anugerah dari Allah. Seiring perjalanan waktu, Anda akan sadar bahwa semua yang terjadi adalah untuk kebaikan Anda. Yang harus Anda lakukan pertama kali adalah mengubah pikiran, menerima dan mensyukuri anugerah Allah. Kemudian berbuatlah. Dengan demikian Anda akan menyadari bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.
Comments
Post a Comment